Jailangkung, permainan tradisional yang kental dengan nuansa supernatural. Berakar dari ritual Tionghoa yang punah, membawa jejaknya ke Indonesia. Transformasi menjadi ritual mistis dengan variasi lokal seperti ‘nini thowong’ di Jawa dan ‘Lukah Gilo’ di Minangkabau memperkaya keberlanjutan misteri Jailangkung dalam budaya dan kepercayaan Nusantara.
KataKabar Online: Misteri – Tak bisa dipungkiri, Jailangkung atau jelangkung telah menjadi permainan tradisional yang sarat dengan nuansa supernatural. Dalam keunikan ritualnya, Jailangkung tak hanya menjadi hiburan anak-anak, tetapi juga menyelipkan aroma misteri dari Kepercayaan tradisional Tionghoa yang sudah punah.
Asal-usul Jailangkung
Penggunaan istilah “Jailangkung” dikaitkan dengan ritual Cay Lan Gong dari kepercayaan Tionghoa yang sudah punah. Ritual ini berkisah tentang dua dewa, “Poyang” dan “Moyang,” yang dipuja sebagai pelindung anak-anak. Cay Lan Gong sendiri dimainkan menggunakan boneka keranjang yang dianggap dirasuki dewa. Bagaimana kaitannya dengan Jailangkung?
Ritual ini mungkin sudah hilang di Tiongkok, namun diyakini bahwa hubungan antara Tiongkok dan Nusantara telah mempertahankan keberlanjutan Jailangkung. Berbeda dengan Cay Lan Gong, di Nusantara, makhluk halus dipanggil melalui gayung penciduk air yang diiringi kemenyan dan perapian. Sebuah transformasi mistis dari ritual Tionghoa ke permainan anak-anak Nusantara.
Jailangkung di Nusantara
Dalam perkembangannya di Indonesia, Jailangkung bukan sekadar permainan anak-anak biasa. Anak-anak yang memainkannya tidak hanya mencari kesenangan semata, tetapi juga menggali informasi supernatural. Sebuah perubahan signifikan dari sekadar hiburan menjadi alat untuk mencari jawaban tentang penyakit dan pengobatan alternatif.
Media yang digunakan, seperti boneka berkepala tempurung kelapa yang didandani pakaian, menjadi wadah untuk menyambungkan dunia manusia dengan makhluk halus. Ritual ini diperkuat dengan bantuan pawang yang memandu anak-anak untuk memanggil dewa lewat mantra. Sehelai kertas, batu tulis, atau kapur digunakan untuk menuliskan jawaban-jawaban yang diyakini berasal dari makhluk supernatural yang hadir.
Jailangkung Versi Lokal
Di berbagai daerah di Indonesia, permainan ini memiliki variasi versi yang menambahkan kekayaan misteri dalam budaya lokal. Di Jawa, dikenal sebagai “nini thowong,” tidak hanya sebagai permainan anak-anak, melainkan juga sebagai upaya menjaga keselamatan desa dan menolak bala. Bedanya, ritual ini dilakukan oleh orang dewasa.
Sementara itu, di Minangkabau, ritual serupa dikenal sebagai “Lukah Gilo.” Pertunjukan ini bukan hanya tentang memanggil makhluk halus, tetapi juga melibatkan “lukah” sebagai alat untuk menangkap ikan air tawar. Pawang atau “Dukun Lukah” membisiki mantra pada “lukah” hingga alat itu “gila” dan bergerak tanpa kendali. Lukah Gilo menjadi daya tarik tersendiri dalam acara perkawinan atau acara khusus masyarakat Minangkabau.
Jailangkung
Jailangkung, dengan jejak misteri dari Tiongkok ke Nusantara, terus hidup dan berkembang. Lebih dari sekadar permainan, ini adalah jendela antara dunia manusia dan supernatural. Dalam suasana ramai acara perkawinan atau festival, permainan tradisional ini tetap menyimpan aura misteri yang mengundang rasa penasaran.
Ritual yang menggabungkan unsur tradisional dengan kepercayaan lokal ini bukan hanya hiburan semata. Ia mempertahankan jejak sejarah mistis yang terus hidup dalam kebudayaan Nusantara. Dengan permainan ini, anak-anak tidak hanya belajar bermain, tetapi juga memahami warisan mistis yang menyelubungi tradisi nenek moyang mereka. @redaksi