Tjong A Fie, seorang pengusaha Tionghoa di Kota Medan abad ke-19, mengukir namanya melalui bisnis candu, perkebunan, dan kontribusi sosial. Kiprahnya sebagai filantropis terkemuka, pemimpin masyarakat, dan pengusaha sukses membuatnya dikenang sebagai tokoh berpengaruh di Sumatra Utara.
KataKabar Online: Tokoh – Tjong A Fie, seorang tokoh pengusaha yang mengukir nama besar di Kota Medan, Sumatra Utara, pada abad ke-19 hingga awal abad ke-20. Meskipun bukan kelahiran Indonesia (saat itu Hindia Belanda), keberhasilannya dalam membangun dan memberdayakan masyarakat setempat membuatnya diakui dan diterima dengan hangat.
Awal Perjalanan dari Tiongkok ke Sumatra
Tjong A Fie, yang juga dikenal dengan nama Tjong Hung Nam dan Tjong Jiauw Hian, lahir di Sungkow, Distrik Mei Xian, Guandong, Tiongkok Selatan. Ia merantau ke Sumatra pada tahun 1877, mengikuti jejak kesuksesan kakaknya, Tjong Yong Hian. Saat itu, usianya baru sekitar 17-18 tahun, dan ia hanya membawa uang 10 perak Manchu yang diikatkan ke ikat pinggangnya.
Mengawali karirnya dengan bekerja di toko milik kerabat kakaknya, Tjong Sui Fo, Tjong A Fie menunjukkan ketekunan dan keuletan yang luar biasa. Dibekali ilmu berniaga dari menjaga toko ayahnya di Tiongkok, ia dengan cepat beradaptasi dengan lingkungan baru.
Prinsip Hidup yang Membimbing Kesuksesannya
Tjong A Fie memegang teguh karakteristik orang Tionghoa yang rajin dan ulet. Dalam menjalankan bisnisnya, ia selalu mengamalkan prinsip kejujuran, kesetiaan, dan persatuan. Kesadaran bahwa ia adalah seorang pendatang membuatnya menerapkan prinsip “di mana langit dijunjung, di situlah bumi dipijak.”
Bisnis Candu dan Kesuksesan Perkebunan
Dengan kemampuannya dalam berkomunikasi dan bergaul dengan berbagai etnis, Tjong A Fie diangkat oleh Belanda sebagai Kapten Tionghoa, dipindahkan dari Labuhan Deli ke Medan. Di sini, ia mendapat izin dari Sultan Deli untuk berdagang candu di daerah Deli.
Bisnis candu Tjong A Fie berkembang pesat karena politik bisnis pada saat itu. Candu menjadi barang yang sangat dibutuhkan oleh para pemilik perkebunan untuk menjaga ketergantungan buruh. Kesuksesannya tidak berhenti di situ, Tjong A Fie juga berinvestasi dalam perkebunan karet dan teh, melebihi para pesaingnya.
Kiprah Sosial dan Kemanusiaan
Tjong A Fie tidak hanya dikenal sebagai pengusaha sukses, tetapi juga sebagai filantropis terkemuka. Benny G. Setiono dalam bukunya “Tionghoa Dalam Pusaran Politik” menyebutkan, Tjong A Fie selalu membantu orang yang menderita kemiskinan, terdorong oleh kesadarannya sebagai pengusaha bisnis candu. Ia bahkan membagikan lima persen dari keuntungannya kepada para pekerjanya.
Di Medan, ia membangun berbagai infrastruktur untuk kepentingan umum, tanpa memandang suku, agama, atau kelas sosial. Tjong A Fie mendirikan rumah ibadah klenteng, tempat pemakaman, rumah sakit, dan memberikan sumbangan besar untuk pembangunan Masjid Raya Medan dan Masjid Gang Bengkok.
Pemberdayaan Masyarakat dan Peran Politik
Kepiawaian Tjong A Fie dalam berkomunikasi membuatnya diakui sebagai Kapten Tionghoa dan diangkat sebagai anggota dewan kota dan dewan kebudayaan. Meskipun dekat dengan pemerintah kolonial Belanda, ia menentang Poenale Sanctie yang memberikan izin kepada pengusaha untuk mengejar, menangkap, dan memberikan hukuman fisik kepada buruh yang melarikan diri.
Kejayaan dan Akhir Hidup
Kerajaan bisnisnya melibatkan pengusaha dari berbagai kota dan negara, membuatnya terkenal di luar Sumatra. Namun, pada 4 Februari 1921, Tjong A Fie tutup usia dalam usia 61 tahun karena menderita pendarahan otak. Kematian ini menjadi duka tidak hanya bagi warga Kota Medan tetapi juga dari berbagai penjuru, mencerminkan pengaruh dan keberhasilan besar yang ia raih sepanjang hidupnya.
Warisan dan Kenangan
Peninggalan Tjong A Fie dapat ditemui dalam berbagai arsitektur di Kota Medan, seperti Masjid Raya Medan dan Rumah Tjong A Fie yang dapat dikunjungi oleh wisatawan. Meskipun usaha perkebunannya tidak bertahan setelah kematiannya, warisannya dalam bentuk sumbangan untuk pendidikan, kesejahteraan masyarakat, dan kerukunan antar-etnis terus hidup melalui Yayasan Toen Moek Tong.
Dengan segala prestasinya, Tjong A Fie tetap dikenang sebagai tokoh yang tidak hanya berhasil di bidang bisnis tetapi juga sebagai sosok yang peduli dan berkontribusi besar untuk kemajuan masyarakat di Kota Medan dan sekitarnya. @redaksi
Referensi:
- Tjongafiemansion.org
- Kemdikbud.go.id
- Queeny Chang, “Memoirs of a Nonya”
- Benny G. Setiono, “Tionghoa Dalam Pusaran Politik”
- Sam Setyautama, “Tokoh-Tokoh Etnis Tionghoa di Indonesia”