Kitab Negarakertagama, peninggalan sastra gemilang Kerajaan Majapahit, ditulis oleh Mpu Prapanca pada 1365 Masehi dan menjadi sumber sejarah yang dipercaya. Ditemukan oleh JLA Brandes selama serangan Belanda di Lombok, kitab ini menggambarkan kejayaan Majapahit dan struktur kompleks istananya.
KataKabar Online: Histori – Ketika kita menelusuri lorong-waktu sejarah Nusantara, salah satu puncak kejayaan yang terkenal adalah Kerajaan Majapahit. Kejayaan Kerajaan Majapahit tersebut, meninggalkan jejak berharga dalam bentuk karya sastra, yang hingga kini menjadi saksi bisu keagungan masa lampau. Kitab Negarakertagama, karya Mpu Prapanca, menjadi jendela berharga yang membuka pandangan kita terhadap kebesaran Kerajaan Majapahit.
Mpu Prapanca dan Kitab Negarakertagama
Kitab Negarakertagama, sebuah mahakarya sastra yang ditulis dalam bahasa Kawi, oleh Mpu Prapanca. Penulisan kitab ini selesai pada bulan Aswina tahun Saka 1287 (September – Oktober 1365 Masehi). Mpu Prapanca adalah putra seorang Darmadyaksa Kasogatan, pemimpin urusan Agama Buddha. Ia diangkat oleh Sri Rajasanagara sebagai pengganti ayahnya.
Dari maknanya, Negarakertagama artinya negara dengan tradisi yang suci. Namun, sebenarnya, oleh Mpu Prapanca dalam pupuh 94/2, kitab ini disebut sebagai Desawarnana, yang berarti uraian tentang desa-desa. Sayangnya, nama yang diberikan oleh penulisnya tersebut malah banyak terlupakan. Kakawin itu hingga sekarang biasa disebut sebagai Nagarakretagama atau Negarakertagama.
Istilah “Nagarakretagama” tercantum pada kolofon naskah yang digarap oleh Dr. J.L.A. Brandes: “Iti Nagarakretagama Samapta”. Rupanya, kata Nagarakretagama adalah tambahan penyalin Arthapamasah pada bulan Kartika tahun saka 1662 (20 Oktober 1740 Masehi). Nagarakretagama disalin dengan huruf Bali di Kancana.
Penemuan Kitab Negarakertagama
Dalam sejarahnya, Kitab Negarakertagama telah melalui perjalanan yang menarik seiring waktu. Pada awalnya, teks ini diyakini hanya terwariskan dalam sebuah naskah tunggal. Namun, takdir mempertemukan kitab ini dengan dunia ketika JLA Brandes menemukannya, saat Belanda menyerang Lombok.
Saat istana di Lombok dibakar dalam serangan tersebut, Brandes menyelamatkan naskah yang akhirnya menjadi bagian dari Kitab Negarakertagama. Setelah itu, bagian lain dari kitab ini ditemukan di beberapa lokasi berbeda. Penemuan-penemuan tersebut menyusun kembali potret sastra keagungan Majapahit.
Kisah Kejayaan Kerajaan Majapahit
Kitab Negarakertagama ditulis saat Kerajaan Majapahit di puncak kejayaan, di bawah pemerintahan Sri Rajasanagara, yang lebih dikenal sebagai Prabu Hayam Wuruk. Dalam bait-baitnya, kitab ini menggambarkan kisah kebesaran sang raja dan puncak kejayaan Kerajaan Majapahit.
Selain mengangkat nama Prabu Hayam Wuruk, Kitab Negarakertagama juga melibatkan pembaca dalam pengembaraan menelusuri Majapahit. Asal-usul, hubungan keluarga raja, para pembesar negara, jalannya pemerintahan, serta gambaran kondisi sosial, politik, keagamaan, dan kebudayaan Kerajaan Majapahit ditorehkan dengan apik.
Struktur Kitab Negarakertagama
Kitab Negarakertagama tidak hanya sekadar catatan sejarah kering, melainkan sebuah mahakarya yang penuh dengan keindahan puitis. Naskah ini terdiri dari 98 pupuh (puisi atau syair) yang membentang seperti hamparan kekayaan budaya Majapahit. Pembagiannya pun memberikan nuansa tersendiri:
- 7 pupuh menggali keluarga raja.
- 9 pupuh merinci keagungan dan wilayah kekuasaan Kerajaan Majapahit.
- 23 pupuh mengisahkan perjalanan Prabu Hayam Wuruk berkeliling Lumajang.
- 10 pupuh merunut silsilah raja Majapahit.
- 10 pupuh membeberkan petualangan Prabu Hayam Wuruk berburu di hutan Nandawa.
- 23 pupuh menyoroti perhatian Prabu Hayam Wuruk terhadap leluhurnya dan berita mengenai kematian Patih Gajah Mada.
- 9 pupuh mengupas upacara keagamaan di Kerajaan Majapahit.
- 7 pupuh melukiskan seorang pujangga yang setia kepada rajanya.
Kemegahan Istana Majapahit
Melalui Kitab Negarakertagama, Mpu Prapanca memberikan gambaran megah tentang istana Majapahit pada pupuh ke-8. Kompleks istana dikelilingi tembok bata merah yang kokoh, menciptakan aura kebesaran. Gerbang utama, yang terletak di dinding utara, menyambut tamu dengan pintu besar dari besi yang diukir indah.
Sebuah pos penjaga, diberi nama Pura Waktra, menjaga pintu gerbang dengan penuh kewaspadaan. Di luar gerbang utara, sebuah bangunan panjang menjadi tempat para bangsawan berkumpul. Keberadaan bangunan keagamaan di dalam halaman gerbang utara menegaskan pentingnya spiritualitas dalam kehidupan kerajaan. Di bagian barat halaman ini terdapat paviliun yang dikelilingi kanal tempat orang mandi.
Di ujung selatan sebuah gerbang terdapat deretan rumah yang menjadi tempat tinggal para pelayan istana. Sementara itu, kediaman raja terletak di sebelah timur halaman itu, memiliki paviliun dengan dekorasi dasar bata merah, pilar kayu berukir indah, dan atap yang dihiasi ornamen tanah liat.
Di luar istana terdapat tempat tinggal untuk pendeta Siwa, Budha, dan anggota bangsawan lainnya.
Lingkup Wilayah Kekuasaan Majapahit
Dalam pupuh 13 sampai 14, Kitab Negarakertagama merinci wilayah kekuasaan Majapahit. Nama-nama tempat seperti Sumatera, semenanjung Malaya, Kalimantan, Sulawesi, kepulauan Nusa Tenggara, Papua, Singapura, dan beberapa kepulauan Filipina muncul dalam uraian Prapanca. Ini membuktikan bahwa kekuasaan Majapahit melampaui pulau Jawa, mencapai berbagai pelosok Nusantara.
Kitab Negarakertagama, Mahakarya Sastra Majapahit
Sebagai mahakarya sastra dari Kerajaan Majapahit, Kitab Negarakertagama memainkan peran kunci dalam meretas pintu sejarah Nusantara. Lewat keindahan bahasa, kita diajak untuk menyelami kejayaan dan kebesaran yang pernah dimiliki oleh kerajaan ini.
Dengan perpaduan faktual dan keindahan sastra, kitab ini bukan sekadar catatan sejarah, melainkan karya seni yang membawa kita pada petualangan melintasi masa lampau yang penuh warna dan makna. Sebuah mahakarya yang memantik semangat kita untuk terus menjelajahi kekayaan budaya nenek moyang kita. @redaksi