KataKabar Online: Teknologi – Seiring dengan pertumbuhan populasi manusia yang terus meningkat, Indonesia kini berhadapan dengan ancaman serius terkait krisis listrik. Peningkatan harga bahan bakar dan ketergantungan pada bahan bakar fosil untuk pembangkit listrik konvensional menjadi faktor utama yang mengancam, dengan cadangan listrik yang semakin menipis dalam jangka waktu yang panjang.
Krisis listrik ini menuntut perhatian serius dari semua lapisan masyarakat. Tanpa upaya antisipatif, krisis ini bisa terjadi lebih cepat dari yang diperkirakan. Selain mengajak masyarakat untuk lebih bijak dalam penggunaan listrik, solusi alternatif perlu diimplementasikan segera.
Salah satu langkah konkret yang dapat diambil adalah beralih ke sumber energi baru dan terbarukan (EBT). Pemasangan panel surya menjadi solusi yang sangat potensial untuk mengatasi krisis listrik dan sekaligus mengurangi ketergantungan pada sumber daya konvensional yang semakin langka.
Menghadapi krisis listrik bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi juga melibatkan peran aktif masyarakat. Pergeseran menuju energi terbarukan, seperti penggunaan panel surya, bukan hanya sebuah kebutuhan mendesak, tetapi juga investasi untuk masa depan yang berkelanjutan.
Dalam konteks ini, panel surya berperan sebagai alat yang mengubah energi cahaya matahari menjadi energi listrik melalui teknologi fotovoltaik (PV). Energi listrik yang dihasilkan dapat disimpan dalam baterai untuk digunakan pada perangkat elektronik sehari-hari, membantu mengurangi ketergantungan pada sumber listrik konvensional.
Indonesia, dengan intensitas radiasi matahari rata-rata sekitar 4.8 kWh/m2 per hari di seluruh wilayahnya, memiliki potensi besar dalam memanfaatkan energi matahari. Dengan kemajuan teknologi, energi matahari dapat diandalkan sebagai alternatif sumber energi listrik yang ramah lingkungan.
Pada tanggal 9 November 2023, Indonesia menunjukkan komitmennya pada dunia sebagai “raksasa” energi dengan tetap memperhatikan isu lingkungan dan pengurangan emisi. Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Terapung atau Floating Solar PV Cirata, berkapasitas 192 Mega Watt peak (MWp), diresmikan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi).
“Dan kita berhasil membangun salah satu Pembangkit Listrik Tenaga Surya Terapung yang terbesar di Asia Tenggara dan nomor 3 di dunia,” ungkap Jokowi saat meresmikan PLTS Terapung Cirata.
Proyek PLTS Terapung Cirata berlokasi di atas Waduk Cirata seluas 200 hektare, melibatkan tiga kabupaten di Jawa Barat, yaitu Purwakarta, Cianjur, dan Bandung Barat. Dengan kolaborasi antarkementerian, PLN, dan perusahaan dari Persatuan Emirat Arab (PEA), proyek ini menandai langkah maju Indonesia dalam pemanfaatan potensi energi baru terbarukan.
Dalam menghadapi krisis listrik yang mungkin terjadi, peran masyarakat dalam mengadaptasi solusi-solusi berbasis EBT menjadi krusial. Upaya pemasangan panel surya di rumah-rumah dan fasilitas-fasilitas umum dapat menjadi langkah nyata dalam menjaga ketersediaan listrik tanpa harus terus mengandalkan bahan bakar fosil yang semakin mahal. @wara-e