Perjanjian dagang pada 21 Desember 1614 antara VOC dan Pangeran Jayakarta membuka pintu menuju transformasi Jayakarta menjadi Batavia, menandai awal dari perjalanan panjang Jakarta sebagai pusat kekuasaan dan perdagangan di Hindia Belanda.
KataKabar Online: Histori – Pada tanggal 21 Desember 1614, sebuah peristiwa bersejarah terjadi di tanah Jayakarta yang sekarang dikenal sebagai Jakarta. Maskapai dagang Belanda, Vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC), dan penguasa setempat, Pangeran Jayakarta, menandatangani perjanjian dagang yang akan membentuk garis sejarah baru dalam hubungan antara kedua belah pihak. Perjanjian ini menjadi tonggak penting dalam perkembangan perdagangan dan kekuasaan di kawasan ini.
Sebelumnya, VOC telah menunjukkan minatnya untuk memonopoli perdagangan di Banten dan Jayakarta. Strategi diplomasi dan kerja sama aktif diterapkan oleh Belanda untuk mencapai tujuannya. Pada akhirnya, Pangeran Jayakarta tidak dapat menolak godaan keuntungan yang ditawarkan oleh Belanda, sehingga pada akhirnya, perjanjian dagang pun ditandatangani.
Keberhasilan Diplomasi VOC di Jayakarta
Sejak awal, Kompeni (sebutan untuk VOC) tertarik dengan potensi perdagangan di Banten dan Jayakarta. Keduanya dianggap sebagai tempat yang strategis untuk mengembangkan usaha dagang rempah-rempah. Upaya pertama Kompeni adalah mendirikan markas di Banten, namun kemudian mereka menemukan kenyamanan hidup di bawah vasal Kerajaan Banten dan Jayakarta.
Kompeni kemudian mulai menjalin kerja sama dengan penguasa setempat, Pangeran Jayakarta. Melalui diplomasi yang bijaksana, Kompeni berhasil mendapatkan izin untuk mendirikan loji di Jayakarta. Meskipun imbalan yang diberikan kepada Pangeran Jayakarta cukup besar, namun ini menjadi langkah penting dalam meningkatkan intensitas kedatangan kapal Belanda di pelabuhan Jayakarta.
Pangeran Jayakarta, meski awalnya curiga terhadap niat Kompeni, akhirnya tergoda oleh manfaat yang ditawarkan. Kerja sama ini dibangun dengan perjanjian-perjanjian dagang, yang memberikan Keenam kepada Kompeni untuk menikmati pasokan berbagai barang dagang, mulai dari arak hingga beras.
Jejak Sejarah di Tepian Ciliwung
Pada tahun 1610, Belanda mendapatkan izin untuk membangun gudang dan rumah kayu di tepi timur mulut Sungai Ciliwung. Ini adalah awal dari kehadiran fisik Kompeni di Jayakarta. Pada saat itu, Kota Jayakarta telah memiliki 3 ribu rumah, dikelilingi pagar tanaman hijau yang memberikan suasana yang ramai.
Sejarawan Adolf Heuken mencatat bahwa pada tahun 1610, Belanda membayar 1.200 real kepada Pangeran Jayakarta sebagai imbalan untuk izin mendirikan gudang. Pangeran Jayakarta pun tidak tinggal diam, ia membangun kubu-kubu bersenjata dengan meriam di sekitar mulut Sungai Ciliwung untuk mengawasi aktivitas Belanda.
Kerja Sama yang Terus Berkembang
Perlahan-lahan, kerja sama antara Kompeni dan Pangeran Jayakarta semakin menguat. Pada tanggal 21 Desember 1614, perjanjian dagang ditandatangani, memberikan Kompeni hak istimewa untuk memperoleh pasokan arak, beras, dan kacang. Meskipun perjanjian ini memberikan keuntungan kepada Pangeran Jayakarta, Kompeni secara bertahap mengubah lojinya menjadi benteng pertahanan yang kuat, membawa persenjataan, dan mempersiapkan diri untuk situasi yang lebih rumit.
Transformasi Jayakarta Menjadi Batavia
Dengan bekal persenjataan dan dukungan Inggris, Kompeni akhirnya mampu melawan Pangeran Jayakarta dan Kerajaan Banten. Pada tahun 1619, Jayakarta diobrak-abrik dan diubah menjadi Batavia, yang menjadi pusat kekuasaan VOC di wilayah ini. Transformasi ini membuka babak baru dalam sejarah Jakarta, yang pada akhirnya menjadi ibu kota Hindia Belanda.
Peran Kampung China dalam Sejarah Jayakarta
Sejarah Jayakarta juga mencatat kehadiran Kampung China, yang sudah ada sejak kapal Belanda pertama kali singgah pada tahun 1596. Pemukim China di kampung ini mengelola persawahan dan penyulingan arak. Pangeran Jayakarta memberikan izin kepada Belanda untuk mendirikan loji VOC di dekat Kampung China, menandai kerjasama yang melibatkan berbagai elemen masyarakat.
Watting, pemimpin Kampung China, juga memiliki peran penting dalam penandatanganan perjanjian dagang pada tahun 1614. Sebagai saksi, Watting menjadi bagian dari kesepakatan yang mengatur pasokan berbagai barang dagang kepada VOC.
Jejak Bersejarah yang Membentuk Jakarta
Perjanjian dagang pada tanggal 21 Desember 1614 menjadi salah satu titik awal dari transformasi Jayakarta menjadi Batavia. Kompeni berhasil mengubah dinamika perdagangan dan kekuasaan di kawasan ini melalui diplomasi, kerja sama, dan kebijaksanaan. Seiring berjalannya waktu, Jakarta terus berkembang menjadi pusat perdagangan dan kekuasaan di Hindia Belanda, membentuk jejak sejarah yang kaya dan kompleks yang menjadi bagian dari warisan budaya Indonesia. @redaksi