Pernikahan megah BPH Kusumo Kuntonugroho dan Dr. Laily Anissa Kusumastuti di Kadipaten Pakualaman Yogyakarta, yang berlangsung selama lima hari, mencapai puncaknya pada 10 Januari 2024, dengan prosesi Dhaup Ageng. Mengusung tema “Manifestasi Kecerdasan Bathara Indra,” Royal Wedding ini mencerminkan semangat ilmu pengetahuan dan tradisi kebangsawanan Jawa.
KataKabar Online: Budaya – Kadipaten Pakualaman tengah berbahagia, seiring dengan telah dilangsungkannya pernikahan megah antara Bendara Pangeran Harya (BPH) Kusumo Kuntonugroho dengan Dr. Laily Anissa Kusumastuti. Pernikahan ini tidak hanya merayakan cinta kedua insan, tetapi juga menjadi simbol keberlanjutan tradisi kebangsawanan.
Suasana Dhaup Ageng, upacara pernikahan agung, terasa sangat khitmad di Bangsal Sewatama, pendopo megah di Pura Pakualaman. Dengan gamelan yang mengiringi, nuansa Jawa terasa begitu kental memikat. Dhaup ageng, sebagaimana istilahnya dalam bahasa Jawa, melibatkan serangkaian prosesi tradisional, termasuk lamaran, majang, nyengker, siraman, tantingan, midodareni, dan tuguran.
Rektor Universitas Pembangunan Nasional (UPN) ”Veteran” Yogyakarta, M Irhas Effendi, menyatakan bahwa kekhidmatan yang terpancar dari pelaksanaan Dhaup Ageng menciptakan aura kesakralan yang kuat.
Sosok Laily Anissa Kusumastuti
Sosok Laily Anissa Kusumastuti menjadi fokus perhatian publik. Wanita yang berhasil memikat hati BPH Kusumo Kuntonugroho bukanlah sosok asing bagi sang pangeran. Keduanya merupakan teman sekolah di SMA 1 Yogyakarta dan berusia 27 tahun.
Laily Anissa, lahir di Cilacap pada 20 Oktober 1996, memiliki kisah pendidikan yang tak terpisahkan dari Yogyakarta. Mulai dari TK dan SD di Masjid Syuhada, SMP 8 Yogyakarta, hingga menyelesaikan pendidikan di SMA 1 Yogyakarta. Lulusan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta ini merupakan seorang dokter, sebagaimana orang tuanya yang juga dokter, Tri Prabowo, M.Kes., Sp.PD, FINASIM dan (Almh) dr. Wijayatun Handrimastuti.
Manifestasi Kecerdasan Bathara Indra
Pernikahan Laily Anissa dan BPH Kusumo tidak hanya memikat dari segi tradisional, tetapi juga dalam visi dan nilai intelektual mereka. Keduanya memiliki visi untuk membangun kebudayaan yang bersinergi dengan ilmu pengetahuan, sambil mempromosikan kesadaran hidup bersih dan sehat secara humanis dan berbudaya.
BPH Kusumo, yang telah menyelesaikan S1 Departemen Mikrobiologi Pertanian di Fakultas Pertanian UGM dan melanjutkan studi S3 di Osaka University, Jepang, menunjukkan semangatnya terhadap pengetahuan. Kedua sejoli tersebut menggelar pernikahan dengan mengusung tema yang unik, “Manifestasi Kecerdasan Bathara Indra,” sesuai yang diungkapkan ibunda BPH Kusumo, Gusti Kanjeng Bendoro Raden Ayu Adipati (GKBRAA) Paku Alam.
Dikutip dari Haibunda, GKBRAA Paku Alam menjelaskan, “Mas Bhismo itu konsen pada pendidikan, nah Bathara Indra itu juga Batara yang pintar yang sarat akan ilmu pengetahuan.” Batara Indra, sebagai salah satu dewa penjaga alam semesta, diilustrasikan dalam motif-motif batik yang dirancang oleh GKBRAA Paku Alam. Motif batik Indra Widagda, salah satu motif yang digunakan saat dhaup ageng, mencerminkan semangat dan kehausan Batara Indra akan ilmu pengetahuan.
Kebanggaan Tradisi dan Kecerahan Masa Depan
Pernikahan ini bukan hanya sebagai perayaan keluarga kerajaan, tetapi juga sebagai wujud kebanggaan terhadap tradisi dan kecerahan masa depan. Motif batik yang dirancang khusus, visi ilmu pengetahuan, dan kesungguhan keduanya dalam menjalani pendidikan menandai langkah awal perjalanan bersama yang penuh makna. @redaksi