Jong (Jung) Jawa, sebuah kapal dagang dan angkut militer yang memainkan peran penting dalam perdagangan maritim Asia pada abad ke-15 hingga ke-16. Dengan menggali informasi dari berbagai sumber sejarah, kita dapat memahami dimensi, fungsi, dan peran strategis kapal Jung Jawa dalam menghubungkan berbagai wilayah di Asia.
KataKabar Online: Histori – Kata “Jong” berasal dari bahasa Jawa Kuno, yang secara harfiah berarti “sebangsa perahu.” Dalam khazanah Melayu, kata Jong disebut juga dengan istilah “Jung”. Menurut penelitian sejarawan seperti P.J. Zoetmulder, istilah ini merujuk pada kapal-kapal yang dimiliki oleh orang Jawa.
Menurut khazanah Melayu pula, Jong (Jung) adalah kapal yang hanya dimiliki oleh Jawa. Namun, perlu dicatat bahwa pandangan ini berbeda dengan keterangan sejarawan Eropa, yang juga sering menyebut kapal-kapal Cina dengan nama Jung. Dalam beberapa penelitian, para sejarawan menengarai kapal-kapal Majapahit menggunakan cadik, sebagaimana kapal Borobudur.
Asal Usul Istilah dan Perbedaan Penamaan: Jong, Jung, dan Junco
Dalam catatan perjalanan, istilah “jong” disebut pertama kali oleh Rahib Odrico dan Jonhan de Marignolli. Penulis Portugis menyebutnya sebagai “Junco,” sementara penulis Italia menggunakan istilah “zonchi.” Perbedaan ini mencerminkan keragaman pandangan dan interpretasi antara budaya Eropa dan Asia terkait kapal ini.
Konstruksi dan Dimensi Kapal Jung: Keajaiban Teknologi Maritim Abad ke-15
Kapal Jung Jawa, atau Junco, memiliki konstruksi yang unik. Dengan empat tiang dan dinding terbuat dari empat lapis papan tebal, kapal ini dapat menahan tembakan meriam dari kapal-kapal Portugis. Dua dayung kemudi besar di buritan kapal juga memberikan keunggulan taktis, meski hanya dapat dihancurkan dengan meriam. Keberhasilan kapal Jung Jawa dalam menghadapi serangan kapal-kapal Eropa menjadi misteri teknologi maritim yang belum terpecahkan hingga saat ini.
Dimensi Luar Biasa: Jung Jawa dalam Bandingan dengan Kapal Eropa
Menurut catatan Gaspar Correia, kapal Jung Jawa memiliki dimensi yang luar biasa besar, bahkan melebihi kapal Flor de La Mar, kapal Portugis tertinggi dan terbesar pada tahun 1511-1512. Saat menyerang Malaka, Hikayat Hang Tuah mencatat Portugis menggunakan 40 buah kapal, atau 43 buah kapal menurut Sejarah Melayu. Setiap kapal mampu mengangkut 500 pasukan dan 50 buah meriam. Dengan demikian saat menyerang Malaka Portugis mengerahkan pasukan sebanyak 20.000 – 21.500 pasukan. Sedangkan, Kapal Flor de La Mar dicatat memiliki ukuran lebih besar dari kapal-kapal itu.
Menurut Irawan Djoko Nugroho, panjang kapal Jung Jawa mencapai 313,2 m – 391,5 m, melampaui kapal-kapal Eropa pada masa itu. Keunggulan ini menjadi salah satu faktor kunci dalam peran strategis kapal Jung Jawa dalam perdagangan dan angkut militer.
Peran dan Fungsi Kapal Jung Jawa: Penaklukkan Laut dan Perdagangan Asia
Kapal Jung Jawa bukan hanya sekadar kapal dagang, tetapi juga kapal angkut militer. Duarte Barosa mencatat bahwa kapal ini menjadi tulang punggung perdagangan Asia pada abad ke-16, membawa barang dari Asia Tenggara dan Timur untuk diperdagangkan hingga ke Asia Barat (Arab). Rute perdagangan Jung Jawa melibatkan berbagai pelabuhan seperti Tenasserim, Pegu, Bengal, Palicat, Coromandel, Malabar, Cambay, dan Aden.
Barang Dagangan dan Kekayaan yang Dibawa Kapal Jung Jawa
Barang dagangan yang dibawa kapal Jung Jawa melibatkan berbagai komoditas, termasuk beras, daging, ayam, bawang putih dan merah, senjata, emas, lada, sutra, kemenyan, kamper, serta kayu gaharu. Keberhasilan kapal ini dalam memfasilitasi perdagangan antarbangsa menjadi pendorong utama kemakmuran ekonomi dan kekayaan di wilayah Asia.
Warisan Abadi Kapal Jung Jawa
Meskipun zaman telah berubah, warisan kapal Jong Jawa tetap menjadi kisah gemilang dalam sejarah maritim Asia. Keunggulan konstruksi dan peran strategisnya dalam perdagangan telah meninggalkan tanda abadi dalam catatan sejarah. Kini, kita dapat merenungkan teknologi dan keahlian maritim yang membuat kapal Jung Jawa menjadi salah satu keajaiban dunia pada zamannya. Sebagai bagian dari warisan sejarah yang kaya, kapal Jung Jawa patut diapresiasi sebagai penjelmaan kehebatan peradaban maritim Asia pada masa lalu. @redaksi