Dalam sejarah perfilman Indonesia, nama Usmar Ismail dikenal memiliki banyak prestasi gemilang, yang membuatnya disebut sebagai Bapak Film Indonesia.
KataKabar Online: Tokoh – Hari Film Nasional, yang diperingati setiap tanggal 30 Maret di Indonesia, bukan sekadar perayaan biasa. Sebaliknya, hari tersebut adalah penghormatan kepada seorang tokoh besar dalam sejarah perfilman Tanah Air, yakni Usmar Ismail, yang dijuluki sebagai Bapak Film Indonesia.
Kehidupan Awal Usmar Ismail
Usmar Ismail, lahir pada 30 Maret 1921, adalah seorang tokoh multifaset yang melibatkan dirinya dalam dunia film, sastra, jurnalistik, dan perjuangan kemerdekaan Indonesia. Berdarah Minangkabau, Usmar adalah anak dari Datuk Tumenggung Ismail, seorang guru Sekolah Kedokteran di Padang, dan Siti Fatimah. Adik dari penulis Dr. Abu Hanifah ini menempuh pendidikan di berbagai tempat, termasuk di Universitas California, Los Angeles, Amerika Serikat, di bidang sinematografi pada tahun 1952.
Salah satu kejadian menarik dalam kehidupan awal Usmar adalah ketika ia bersama temannya, Rosihan Anwar, menghadiri perayaan ulang tahun Putri Mahkota, Ratu Wilhelmina. Meskipun acara yang mereka rencanakan gagal, hal tersebut menjadi catatan bahwa Usmar memiliki bakat sebagai sutradara dengan imajinasi tinggi.
Karir Usmar Ismail
Bakat Usmar semakin berkembang saat bekerja di Keimin Bunka Sidosho, di mana ia berkolaborasi dengan Armijn Pane dan budayawan lain dalam mementaskan drama. Setelah masa proklamasi kemerdekaan, Usmar aktif di dunia jurnalistik dan bahkan bergabung dalam TNI pada masa Agresi Militer Belanda.
Di dunia perfilman, Usmar Ismail memiliki peran penting. Bersama Sjamsuddin Sutan Makmur dan Rinto Alwi, ia mendirikan surat kabar “Rakyat”. Usmar pernah menjabat sebagai ketua berbagai lembaga, seperti Badan Permusyawaratan Kebudayaan Yogyakarta, Serikat Artis Sandiwara Yogyakarta, Akademi Teater Nasional Indonesia Jakarta, dan Badan Musyawarah Perfilman Nasional (BMPN).
Debut penyutradaraan Usmar dimulai dengan film “Harta Karun”, namun karyanya yang paling mencuat adalah “Pedjuang” pada tahun 1961. Film ini mendapatkan pengakuan internasional sebagai karya pertama anak negeri yang diputar dalam Festival Film Internasional Moskwa ke-2.
Penghargaan dan Pengakuan
Atas kontribusinya, Usmar Ismail menerima berbagai penghargaan, termasuk Piagam Wijayakusuma dari Presiden Soekarno dan Anugerah Seni dari Pemerintah RI pada tahun 1969. Ia diangkat menjadi Warga Teladan DKI setelah meninggal dan namanya diabadikan sebagai pusat perfilman Jakarta, yaitu Pusat Perfilman H. Usmar Ismail. Usmar Ismail Hall, sebuah ruang konser di Jakarta, juga dinamai sebagai bentuk penghormatan terhadap warisan besar Bapak Film Indonesia.
Hari Film Nasional
Hari Film Nasional yang diperingati setiap tanggal 30 Maret menjadi momen untuk mengenang dan menghargai kontribusi besar Usmar Ismail dalam mengangkat perfilman Indonesia. Melalui pemutaran film-film klasik dan modern serta berbagai acara terkait perfilman, masyarakat Indonesia terus merayakan warisan luar biasa yang ditinggalkan oleh Bapak Film Indonesia ini.
Dengan segala prestasi dan kontribusinya, Usmar Ismail tetap hidup dalam sejarah perfilman Indonesia sebagai sosok yang membawa angin segar dan inovasi di dunia perfilman Tanah Air. Semangatnya dalam menggali potensi seni dan budaya Indonesia tetap menjadi inspirasi bagi generasi perfilman masa kini. @redaksi