Salakanagara, sebuah nama yang menghiasi sejarah kerajaan-kerajaan di Nusantara, khususnya di Pulau Jawa. Diperkirakan sebagai salah satu kerajaan tertua yang pernah berdiri.
KataKabar Online: Histori – Salakanagara, sebuah nama yang menjadi salah satu misteri di halaman sejarah kerajaan-kerajaan di Nusantara, terutama di Pulau Jawa, membawa kita pada rentang waktu yang jauh, abad ke-2 Masehi. Keberadaannya diperkirakan meliputi wilayah Banten dan sebagian Jawa Barat saat ini, menjadikannya salah satu kerajaan tertua yang pernah berdiri di pulau ini. Namun, kabut misteri masih menyelimuti akar sejarahnya, menimbulkan pertanyaan tanpa jawaban yang pasti.
Salakanagara:
Dipercaya berdiri pada abad ke-2 Masehi, Salakanagara menorehkan sejarahnya dengan kekuasaan yang berlangsung lebih dari dua abad. Wilayah kekuasaannya yang konon merentang dari Banten hingga sebagian Jawa Barat merupakan jejak yang sulit dilacak. Misteri terbesar terletak pada ketidakpastian akan keberadaannya.
Tak satu pun prasasti, candi, artefak, atau peninggalan lain dapat dipastikan terkait dengan Salakanagara. Bahkan, hingga kini, lokasi pasti berdirinya kerajaan ini masih menjadi teka-teki. Beberapa meyakini bahwa Salakanagara terletak di Teluk Lada, Pandeglang, sementara yang lain mempercayai lokasinya ada di Teluk Cisadane, Tangerang, dan ada juga yang meyakini di Teluk Banten, Serang.
Hanya sejumlah catatan sejarah dan cerita rakyat yang menyebutkan Salakanagara sebagai cikal bakal suku Sunda dan leluhur dari beberapa kerajaan lain di Jawa Barat.
Naskah Wangsakerta:
Salakanagara muncul dalam Naskah Wangsakerta, karya sastra karya Pangeran Arya Carbon atau Pangeran Wangsakerta dari Cirebon, pada tahun 1599 Saka atau 1677 Masehi itu menggambarkan sejarah Nusantara. Naskah Wangsakerta menyajikan sejarah kerajaan-kerajaan, termasuk Salakanagara.
Menurut naskah ini, Salakanagara didirikan oleh Dewawarman, seorang bangsawan India yang menjelajah ke Jawa bersama pengikutnya. Dewawarman menikahi putri Aki Tirem, pemimpin daerah di Teluk Lada, Pandeglang. Dengan gelar Prabu Darmalokapala Aji Raksa Gapura Sagara, Dewawarman memerintah selama 38 tahun, dari tahun 130-168 Masehi.
Penerusnya pun melanjutkan kepemimpinan, hingga Dewawarman VIII menjadi raja terakhir Salakanagara, memerintah dari tahun 322-362 Masehi. Setelah itu, Salakanagara pun diyakini melebur di bawah naungan Tarumanegara.
Cerita Rakyat:
Cerita rakyat memberikan nuansa unik pada sejarah Salakanagara. Sanghyang Tapak, dianggap leluhur Suku Sunda, adalah putra Dewawarman VIII. Konflik antara Salakanagara dan Tarumanegara mendorong Sanghyang Tapak bersama ibunya, Dewi Sinta, melarikan diri ke Gunung Salak, Bogor. Di sana, ia bertemu Nyi Rara Santang, putri Raja Siliwangi dari Pajajaran. Perkawinan mereka melahirkan tiga anak, yang menjadi pendiri kerajaan baru di Jawa Barat: Galuh, Sunda, dan Kediri.
Cerita Ciung Wanara, pahlawan yang membebaskan Sunda dari Galuh, juga menyiratkan keterkaitan dengan Salakanagara. Ciung Wanara, putra Prabu Jayaperkosa dan Nyi Subang Larang, lahir di Galuh namun dibuang dan dibesarkan di Teluk Lada. Dewasa, ia mengalahkan ayahnya, menyatukan Sunda dan Galuh, dan menjadi raja Sunda dengan gelar Prabu Haji Manarah.
Misteri Salakanagara:
Salakanagara terus menjadi misteri yang sulit dipecahkan, tak tersentuh oleh bukti fisik atau arkeologis yang jelas. Lokasi yang tepat tetap menjadi pertanyaan tanpa jawaban. Meskipun beberapa ahli telah berusaha mengungkapnya, seperti Dr. Edi Sedyawati yang menemukan artefak di Teluk Lada pada 1974. Artefak itu menunjukkan hubungan perdagangan dengan India, Cina, dan Asia Tenggara, namun tak ada kaitan langsung dengan Salakanagara. Selain itu, ada Dr. Boechari yang menemukan prasasti di Teluk Cisadane pada 1979, akan tetapi tak ada bukti yang langsung terkait dengan Salakanagara.
Pun Dr. Slamet Muljana yang meneliti Teluk Banten pada 1983, menemukan prasasti, namun tetap tidak ada jejak Salakanagara. Pertanyaan pun muncul: Apakah Salakanagara hanya mitos, ataukah bukti fisiknya mungkin telah hilang atau belum ditemukan?
Hingga saat ini, Salakanagara tetap menjadi pusat perhatian para sejarahwan dan arkeolog, menantang mereka untuk menggali lebih dalam dan mengungkap rahasia yang tersembunyi di bawah tanah Jawa. Meskipun bukti fisik masih belum terungkap, kerajaan ini tetap memancing para peneliti untuk terus menjelajahi dan menyibak misteri yang terkunci dalam catatan sejarah Nusantara. @redaksi